Ketika Badai Teknologi Mengancam Cara Berfikir Manusia

Akhir-akhir ini banyak sekali kita lihat teknologi canggih dengan beragam kemampuan dan layanan berbasis kecerdasan buatan / Artificial Intelligence (AI) yang ditanam kan pada berbagai alat elektronik. Dengan berbagai kemudahan pada cara penggunaan dan cara mendapatkannya. Tapi di balik kemudahan yang ditawarkan itu adakah kita berfikir lebih kritis dan melihat kedalam proses kerja sistem tersebut. Kita tidak boleh hanyut dalam derasnya arus "modernisasi" (dalam tanda kutip).
Mengikuti kebiasaan banyak orang. Mode, kebutuhan, zaman, kita sama sekali tidak terikat tuntutan itu. Tetapi tujuan dasar diciptakannya teknologi informasi itu sendiri adalah untuk mempermudah dan mempercepat efesiensi waktu dalam melakukan pekerjaan.

Tuntutan zaman sekarang, betulkah?
Ya tentunya dengan metode berfikir dalam menyimpulkan gagasan haruslah relevan dengan apa yang kita liha pada kenyataan. Kabanyakan kita hanya berburu kecanggihan, fitur, dan trend pasar saja. Sebagai manusia yang berintelektual ketika lahir telah di anugerahi otak, sebuah organ dengan milyaran struktur jaringan yang jika digabungkan berukuran tidak lebih besar dari pada bola kaki. Namun dengan kapasitas penyimpanan yang jumlahnya tidak lebih kecil dari pada ukuran bumi, terbatas tetapi tidak terprediksi.

Malas untuk berfikir, bisa jadi?
Sebuah kemampuan yang tidak kalah dari ratusan komputer super canggih dalam sudut pandang penyimpanan (storage). Kemampuan yang tidak terbatas inilah yang tidak dimiliki oleh alat ciptaan manusia. Walaupun komputer dapat menghitung jutaan data dengan kecepatan sepersekian milisecond. Tetapi otak manusia lebih canggih karena dapat mengingat data tanpa harus diperintah untuk menyimpan kedalam memori.

Terbatasnya kemampuan alat ciptaan manusia, setuju?
Sebuah memori yang tertanam pada device elektronik memiliki ukuran dan kapastias masing-masing. Pada komputer apapun, pada setiap gadget canggih abad dua puluh ini pun pasti mempunyai kapasitas terbatas/statis. Dibandingkan dengan kemampuan otak manusia yang dapat memanage kinerjanya secara natural. Tanpa harus terikat pada kapasitas Gigabyte maupun Terabyte sekalipun. Tablet cerdas apapun, phablet canggih sekalipun, mempunyai batas kemampuan. Baca di : Perbedaan tablet dan phablet.

Karena itu apa lagi alasan kita untuk malas, mulai sekarang tolak kata malas dengan ayo kita bisa!
Jadilah manusia teknologi dengan akal manusia dan hati terpuji, kelak ketika datang badai besar berikutnya kita tidak akan hanyut semakin jauh. Karena kita telah berdiri di tempat yang telah kita tentukan sendiri. Yaitu di atas kaki yang kokoh serta di bawah akal manusiawi.


  

1 Comments

Perhatian Para Pembaca!
Dilarang Keras:
1. Menggunakan kata-kata kotor dalam menulis komentar, terima kasih atas partisipasi saudara/i.
2. Menulis link hidup, link yang tidak berkaitan.
3. Silahkan sertakan sumber jika meng-copy tulisan di atas.
4. Sangat disarankan untuk memfollow blog ini.
5. Jangan lupa untuk berlangganan artikel terbaru.

  1. Ya, sama-sama the geeks, terima kasih atas kunjungannya

    ReplyDelete
Previous Post Next Post